Wednesday, 5 August 2015

Lereng Gunung Sindoro Temanggung Jawa Tengah

Agrowisata Kebun Teh Tambi Wonosobo




Berwisata ke kebun teh mungkin sudah biasa bagi sebagian orang. Namun bagi saya, trip kali ini menjadi sebuah pengalaman yang berkesan. Berjalan diantara hijaunya hamparan pohon teh, bermandikan sinar matahari pagi yang kaya nutrisi, berselimutkan udara segar bebas polusi. Ya, ini pertama kalinya saya pergi ke kebun teh.
*jiahh  kemana aja selama ini Mi?*
Oke, jadi inilah cerita saya tentang kunjungan pertama ke Agrowisata Kebun Teh Tambi Wonosobo.
Agrowisata Kebun Teh Tambi Wonosobo
Agrowisata Kebun Teh Tambi Wonosobo
Terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Agrowisata ini siap menawarkan sesuatu yang spesial bagi para pengunjungnya. Jaraknya yang hanya sekitar 16 kilometer di sebelah utara Wonosobo (searah ke Dieng Plateau)  membuatnya mudah dijangkau dengan kendaraan kecil seperti sepeda motor, mobil pribadi ataupun bus kecil. Jika perjalanan lancar, membutuhkan waktu sekitar 20 menitan untuk sampai lokasi.
Hari masih pagi. Matahari masih redup tertutup awan. Tea walk yang saya ikuti ternyata dimulai dari sebuah pintu kecil yang tersembunyi di bagian belakang kompleks Villa Tambi. Bukan dari jalan kampung utama yang ada di depan pabrik pengolahan teh.
Begitu pintu dibuka, saya terkejut!
Subhanallah, hijaunya perkebunan teh terhampar bagai permadani. Mata ini yang sehari-harinya berkutat dengan layar monitor selama belasan jam di kubikel langsung terasa rileks.
Guide Agrowisata PT Tambi Wonosobo
Pak Puji: Guide Baik Hati PT Tambi
“Mas-mbak, silakan ikuti saya, pelan-pelan saja, jalannya licin.” seru Pak Puji dari pelantang portable yang dibawanya. Pak Puji adalah karyawan PT Tambi yang menjadi guide apabila ada tamu yang berkunjung. Tentunya berbeda orang dengan Syeh Puji yang “itu”. *penting dijelasin?*
Pak Puji lalu mulai bercerita panjang lebar tentang sejarah PT Tambi. Sementara saya dan teman-teman mendengarkan sambil bengong di belakangnya. Beliau jalan kemana, kami ikut berbaris di belakangnya. Seperti kawanan itik yang tersesat diantara lebatnya kebun teh.
Pada awalnya, perkebunan teh ini bernama Bagelen Thee & Kina Maatschappiij dibawah komando Belanda pada tahun 1885. Namun seiring perkembangan jaman, kini perkebunan teh ini dikelola oleh PT Tambi.
Agrowisata Perkebunan Teh Tambi Wonosobo ini berada di lereng Gunung Sindoro. Sekitar 1400 meter diatas permukaan laut. Ada 2 varietas teh yang ditanam disini. Thea Sinensis dan Thea Assamica. Menurut penjelasan guide, secara kualitas lebih bagus jenis teh sinensis daripada teh assamica.
“Untuk memetik teh, tidak boleh sembarangan, ada tekniknya, tergantung akan diolah menjadi teh jenis apa. Contohnya begini.” Kata Pak Puji sambil mempraktekkan cara memetik pucuk utama daun teh.
“Jangan sampai salah, karena akan berpengaruh pada kualitas tunas baru yang akan tumbuh nantinya. Jadi hanya 3 pucuk daun teh teratas saja yang dipetik.”
Saya iseng dong ikut memetik satu lembar pucuk daun teh yang masih berwarna hijau muda.
“Pak kalau minuman teh hijau di Jepang itu dari tunas daun yang seperti ini?” tanya saya serius. Seperti seorang murid SMP yang sedang bertanya tentang Trigonometri kepada guru matematikanya.
“Iya, betul mas, teh hijau itu tanpa proses fermentasi. Daun langsung dibuat minuman. Ada kandungan antioksidannya juga.”
Spontan saja saya kunyah pucuk daun teh itu. Dan rasanya… sepet. Saya cuma bisa nyengir kuda hehehe.
Berpindah lokasi, saya dan rombongan lalu dipertemukan dengan ibu-ibu pemetik teh yang sedang sibuk panen pucuk-pucuk teh dengan menggunakan gunting besar. Mereka yang diperbolehkan menggunakan alat untuk memetik pucuk teh adalah yang sudah ahli. Kalau pemetik yang masih junior atau belum ahli, tetap menggunakan teknik manual, petik tangan.
Rata-rata, ibu-ibu pemetik teh ini adalah penduduk kampung sekitar perkebunan. Mereka sudah bekerja puluhan tahun, bahkan turun-temurun antar generasi. Saya sempat mencoba membantu memetik pucuk-pucuk teh [baca: ngrecokin si ibu] dengan gunting besar itu. Dan hasilnya… luput alias gagal hahaha. Susah juga kalau belum terbiasa euy.

0 komentar:

Post a Comment